Pengalaman Berkuliah di Al-Azhar Mesir
Mesir merupakan salah satu tujuan untuk melanjutkan pendidikan yang patut dipertimbangkan. Selain karena banyaknya tempat bersejarah, Mesir juga dikenal dengan salah satu universitas ternamanya, yaitu Al-Azhar. Nah, artikel kali ini akan menceritakan pengalaman seorang awardee beasiswa yang berhasil meraih beasiswa ke Al-Azhar, Mesir. Awardee tersebut adalah Moch. Aliem Zidadin. Semoga cerita pengalaman Moch Aliem Zidadin dapat memberikan gambaran dan informasi lebih terkait beasiswa Mesir serta menuntut ilmu di Al-Azhar. Untuk cerita pengalaman beasiswa lain, silahkan click disini.
Baca juga: Jasa Penerjemah Tersumpah
Beasiswa Mesir
Ada dua jenis beasiswa untuk kuliah di Mesir. Jalur pertama adalah beasiswa yang disediakan oleh Al-Azhar. Beasiswa dari AL-Azhar ini pun masih terbagi menjadi beberapa jalur kerjasama, yaitu kerja sama dengan Kemenag, lalu pondok pesantren, dan jalur PBNU. Jalur kedua adalah beasiswa yang disediakan langsung oleh kepemeritahan Indonesia atau PBSB luar negeri. Moch Aliem merupakan awardee beasiswa PBSB luar negeri, jalur beasiswa yang baru dibuka tahun 2019 lalu.
Beasiswa PBSB luar negeri merupakan program kemenag dengan kuota sebanyak 30 calon mahasiswa. Kandidat yang dicari adalah siswa pesantren yang sudah terdaftar di ditpd pontren kemenag. Kandidat yang lulus beasiswa ini mendapat kesempatan untuk berkuliah di Mesir atau Maroko. Kandidat tahun 2019, seperti Moch. Aliem diberangkatkan untuk kuliah di Mesir. Sedangkan untuk tahun 2020 ini, kemenag merencanakan beasiswa ke Maroko. Namun sayangnya, atas beberapa pertimbangan, PBSB luar negeri tahun 2020 ini ditiadakan.
Baca juga: Pengalaman Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
Beasiswa PBSB Luar Negeri
Seperti yang disebutkan sebelumnya, PBSB luar negeri merupakan progam baru dari kemenag. Program ini memiliki keunggunlan dimana jika kandidat beasiswa dari AL-Azhar mungkin memerlukan waktu yang lama (1 sampai 2 tahun) untuk bisa diberangkatkan, kandidat beasiswa PBSB luar negeri bisa langsung berangkat pada tahun itu setelah diumumkan lolos/diterima. Berdasarkan Aliem, PBSB luar negeri memiliki 3 tahap penyeleksian. Tahap pertama adalah seleksi berkas. Lalu disusul dengan seleksi tes berbasis computer. Tes berbasis computer menguji bidang TPA, pengetahuan umum, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan kepesantrenan. Hanya ada 60 kandidat yang bisa lolos untuk lanjut ke tahap seleksi ketiga, yaitu tes kecakapan berbahasa Arab.
Tes kecapan berbahasa Arab diawali dengan tes wawancara dan mengerjakan beberapa soal berbahasa Arab. Tes ini langsung dari native speaker bahasa Arab. Nah, selanjutnya kemenag bekerjasama dengan PUSIBA untuk melaksanakan tes lanjutan bagi kandidat yang lulus tahap sebelumnya. PUSIBA adalah program yang harus diikuti calon kandidat beasiswa ke Al-Azhar. Melalui program ini kandidat akan belajar bahasa Arab dan dibagi menjadi level 1 hingga 7. Kandidat yang akan dinyatakan lolos adalah 30 kandidat dengan kemampuan berbahasa Arab minimal level 3.
Baca juga: Pengalaman Menerima Beasiswa Serbia
Kuliah di Al-Azhar dan Tinggal di Mesir
Sistem perkuliahan di AL-Azhar terbilang cukup unik. Jika kamu terbiasa dengan absensi yang memastikan setiap pelajar/mahasiswa mengikuti pembelajaran, maka di Al-Azhar tidak demikian. Tidak ada sistem absensi, sehingga mahasiswa dibebaskan untuk datang ke kelas atau tidak. Hal terpenting adalah mahasiswa tersebut hadir saat ujian semester. Hal ini dilakukan mungkin dengan alasan Al-Azhar tidak ingin memaksa mahasiswa untuk belajar. Mereka menekankan kesadaran untuk menuntut ilmu yang datang dari diri mahasiswa itu sendiri.
Biaya hidup di Mesir tidak terlalu banyak. Bahkan menurut Moch. Aliem, uang sebesar Rp. 1 juta sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berikuti biaya sewa kamar. Dan kebetulan, beasiswa PBSB luar negeri memberikan bantuan biaya hidup sebanyak Rp. 1 juta perbulannya untuk setiap kandidat. Sedangkan untuk orang-rang Mesir, menurut Moch Aliem, mereka sangat baik. Bahkan tidak jarang, saat di jalanan, orang akan memberikan kamu uang begitu saja dengan alasan untuk membeli buku. Namun, tentu saja juga ada beberapa orang jahat, dimana mereka bisa merampok dan menipu orang asing. Jadi intinya, tetaplah hati-hati.
Baca juga: Pengalaman Mengikuti Model United Nation (MUN) PBB